Category : Anime, Movie
“Should I save 1001 lives by sacrificing another 999?”
–Riku–
Halo, saya Silveinne Aivrest, seorang gamer, biasanya sih gak pernah nulis review seperti ini, tapi setelah melihat film tersebut, jadi tergerak untuk menulis review ini karena seluruh dunia harus tau. Well, sebelumnya harus saya ucapkan bahwa saya termasuk salah satu fans No Game No Life, jadi mungkin review ini terkesan lebih ke arah positif dibandingkan review yang objektif. Tapi, meskipun kalian yang sedang membaca artikel ini merupakan fans dari No Game No Life atau bukan, tidak ada salahnya untuk melihat salah satu pandangan dari penonton yang sudah menonton film tersebut bukan?
Disclaimer : review ini kemungkinan besar lebih mengarah ke hal positif dibandingkan review secara objektif. Untuk pembaca yang merasa lelah membaca review yang panjang, konklusi dari review ini ada di bagian akhir dari artikel ini. Spoiler alert.
Baiklah, kita mulai dari synopsis movienya terlebih dahulu;
No Game No Life : Zero menceritakan tentang kisah yang terjadi 6000 tahun sebelum cerita utama pada serial No Game No Life. Bercerita tentang perjalanan Riku dan Schwi (baca : Shuvi), yang akan membawa Imanity menjadi sebuah bangsa yang akhirnya dapat diakui oleh dunia. Diawali dengan Riku, seorang manusia, yang hanya ingin bertahan hidup dan Schwi, seorang Ex-Machina, yang mencoba mencari arti sebuah “hati”, bersama mereka berjuang untuk menyelesaikan “The Eternal War”. Jika dilihat dari segi kekuatan, manusia memang tidak memiliki kelebihan dibanding ras-ras lain yang saat itu sedang berperang, namun dengan strategi dan keinginan yang kuat, mereka yakin tujuan tersebut akan tercapai.
Mungkin segitu saja untuk synopsisnya, karena saya khawatir akan semakin banyak spoiler kalau saya teruskan. Kita lanjutkan ke bagian review, ada beberapa hal yang akan saya bahas mengenai movie ini, saya akan membahas dari segi storyline, artwork dan beberapa hal minor lain.
1. Storyline
Perlu diingat bahwa No Game No Life : Zero merupakan spin-off dari serial No Game No Life dengan latar cerita yang hampir tidak ada sangkut pautnya dengan serial utamanya, sehingga penonton tidak mendapat gambaran cerita tentang film ini sedikitpun dari serial animenya.
Menurut saya pribadi, secara keseluruhan penyajian cerita dilakukan dengan sangat halus, dimulai dari build-up story yang sangat baik untuk karya dengan caliber film. Jika dibandingkan dengan sebuah serial anime, tentunya film layar lebar memiliki beberapa kelemahan, terutama dalam hal membangun ikatan dalam karakternya mengingat durasi yang dimiliki sebuah film layar lebar sangat terbatas. Namun, dalam No Game No Life : Zero, sekitar separuh bagian awal dari film digunakan untuk membangun ikatan antar karakternya sembari membangun klimaks untuk akhir cerita.
NGNL:Zero sendiri bercerita tentang asal mula dunia yang saat ini ada, bagaimana awal mulanya dewa yang sekarang mengatur dunia terpilih dan bagaimana aturan-aturan tersebut dibuat. Hal ini merupakan suatu kelebihan dari film ini karena cerita yang disajikan sangat segar dan baru, tidak begitu terikat dengan cerita dalam serial serta bukan merupakan suatu rekapitulasi cerita dari anime itu sendiri. Bagi anda yang masih ragu untuk menonton film ini atau tidak, mungkin hal ini bisa dijadikan salah satu alasan untuk menonton NGNL:Zero.
Drama dan kisah cinta antara Riku dan Shuvi juga dibangun dengan perlahan tetapi pasti, menciptakan suasana dramatis yang dapat saya katakan sangat baik sebagai pengantar sebuah klimaks. Riku yang awalnya hanya mencoba bertahan hidup dan mempertahankan umat manusia, entah bagaimanapun caranya, bertemu dengan Schwi, seorang Ex-Machina, yang ingin mempelajari makna “hati” dari Riku. Seiring dengan berjalannya waktu, mereka saling berbagi satu sama lain, Riku yang mulai mempelajari bahwa ada tujuan lain yang seharusnya dapat ia capai dan Schwi yang mulai memahami makna perasaan dari Riku. Meskipun pada akhirnya mereka berdua mengorbankan hidup mereka, “The Eternal War” akhirnya dapat berakhir dan “The One True God” dapat terpilih, meskipun dewa tersebut bukan Riku.
Begitupun dengan klimaks dari cerita tersebut, NGNL:Zero, tidak seperti cerita kebanyakan dengan karakter utama yang serba OverPowered, dikelilingi harem dan memiliki satu musuh utama yang sangat kuat di awal dan entah bagaimana jadi lemah mendekati akhir cerita, NGNL:Zero menggunakan latar cerita tentang bagaimana ras manusia yang pada dasarnya tidak memiliki kemampuan khusus, dapat bertahan hidup. Mereka tidak mengincar kemenangan yang mutlak, hanya bertahan hidup, mengakhiri perang tersebut dan tidak ingin ada yang mati. Suatu tujuan yang sangat sederhana dan bisa dibilang sangat realistis. Akhir cerita seperti sudah dapat diperkirakan jika penonton menyaksikan dengan seksama karena memang kekuatan dari karakter utama cerita ini adalah strategi dan itu yang mereka tunjukkan sepanjang cerita.
Adapun cerita berakhir berakhirnya “The Eternal War” dan terpilihnya “The One True God”, terbentuknya dunia yang nantinya akan menjadi latar dari serial No Game No Life.
2. Artwork
Dari segi artwork, NGNL:Zero tidak terlalu jauh berbeda dibandingkan dengan serial NGNL. Efek-efek yang disajikan juga tidak berlebihan, saya rasa hal ini bagus karena penonton dapat menikmati segi cerita yang lebih baik dibanding dengan dipuaskan dengan efek-efek yang meriah namun tidak penting.
3. Character
Penyajian karakter untuk film ini saya apresiasi dengan baik. Saya rasa pengisi suara untuk Riku dan Schwi sama seperti pengisi suara untuk Sora dan Shiro, namun saya juga kurang begitu yakin karena belum melakukan cross-check terhadap hal tersebut.
Kedua karakter utama dalam cerita ini tidak dibuat seperti anime lain yang mengutamakan Deus Ex-Machina sebagai kunci saat memasuki klimaks, tidak ada karakter yang mendadak menjadi kuat atau mendadak marah dan membasmi semua musuhnya (yang entah mengapa tidak mereka lakukan dari awal). Malah, sebelum akhir cerita, Schwi mati dan menciptakan suasana yang sangat menusuk hati, disusul dengan Riku yang mengorbankan hidupnya setelah artefak Sunarius (saya lupa namanya) muncul.
Jujur saja awalnya saya berpikir bahwa kedua karakter ini sama dengan Shiro dan Sora, sangat OverPowered (karena saya kebetulan tidak membaca LNnya dan karena kebetulan mereka juga sepasang seperti Shiro dan Sora). Ternyata Riku hanyalah manusia biasa dan Schwi hanyalah Ex-Machina yang dibuang dari Clusternya. Meski demikian, keduanya dapat menunjukkan performa yang sangat hebat dan menyentuh hati, meski dengan keterbatasan yang mereka miliki, mereka tetap berjuang mencapai tujuan mereka berdua.
Selain itu, beberapa karakter yang nantinya muncul dalam serial NGNL akan memberikan debut dalam cerita ini dan mereka memiliki peran penting dalam terbentuknya dunia yang baru.
4. Perbandingan
Dibandingkan dengan beberapa anime lain dengan tema fantasi, NGNL:Zero dapat dibilang memiliki kelebihan, kekurangan dari NGNL:Zero mungkin hanya dari segi artwork yang mungkin tidak sebagus SAO:Ordinal Scale atau The Irregular at Magic High School, tetapi dari segi cerita NGNL:Zero sangat jauh lebih baik dibanding SAO:Ordinal Scale dari segi pengembangan cerita dan pengantaran klimaks. Hal ini dapat kita lihat dari persiapan strategi yang dilakukan oleh Riku dan Schwi, bukannya mendadak marah lalu membasmi semuanya sendirian dan menjadi OverPowered karena Last Hit. Ya, Riku dan Schwi mungkin tidak begitu kuat, tapi mereka berhasil karena mereka berusaha dengan rencana yang matang.
Sedangkan, dibanding dengan The Irregular at Magic High School yang memang sengaja memasukkan fan service pada awal cerita (memang bagian dari light novel, setahu saya) NGNL:Zero memberikan cerita yang solid dari awal, seluruh durasi film benar-benar dimanfaatkan untuk membangun ikatan antar karakter dan cerita dalam film sehingga penonton tidak akan merasa ada bagian yang sebenarnya tidak perlu dalam cerita.
Kebetulan saya belum membaca LN NGNL:Zero sehingga tidak begitu tahu apakah ada bagian cerita yang tidak dimasukkan atau tidak, tetapi secara keseluruhan, cerita dibawakan dengan perlahan, runtut dan baik. Bagi kalian yang mungkin belum menonton serial NGNL, film yang satu ini tidak akan membuat kalian bingung dengan alur cerita, malah mungkin kalian akan tertarik untuk menonton serial animenya.
5. Special Note
Ternyata marga Dola memang sudah error dari genetiknya.
Konklusi : NGNL:Zero merupakan salah satu film yang layak anda tonton, lebih dari cukup atas uang dan waktu yang anda keluarkan untuk menonton film ini. Cerita yang segar, perkembangan plot dan cerita yang menarik menjadi kelebihan utama film ini. Suatu karya lain setelah Kimi no Na wa yang sangat layak untuk ditonton. Saya tidak ragu untuk menyarankan pembaca sekalian untuk menyisihkan uang kalian untuk menonton film ini. Rate : 4.8/5.0
Note : Akan ada update picture sesuai quotes diatas, ditunggu aja yaaa
Cheers,
Silveinne Aivrest
Note : Akan ada update picture sesuai quotes diatas, ditunggu aja yaaa
Cheers,
Silveinne Aivrest
No comments:
Post a Comment